Selasa, 09 Oktober 2012

Pengalaman Pribadi dan Kaitannya dengan Teori Skinner

        Ketika saya berumur 7 tahun, ayah saya mengajarkan dan menyuruh saya untuk melaksanakan Sholat 5 waktu dalam sehari. Namun, karena tugas perkembangan saya saat itu adalah bermain, maka tidak saya hirauukan dengan perintah ayah tersebut. Apalagi saya berpikir, kakak saya juga tidak melaksanakan Sholat 5 waktu secara penuh dalam sehari.

         Sehingga pada suatu hari, saya sempat ditegur oleh ayah saya untuk melaksanakan Sholat. Tetapi saya menangis karena tidak ingin dipaksa untuk melaksanakan SHolat tersebut. Hingga pada suatu hari, ayah saya tidak kehilangan akal. Beliau membuat perjanjian dengan saya yaitu, apabila saya melaksanakan Sholat 5 waktu berturut-turut selama seminggu, maka ayah akan mengajak saya pergi berbelanja untuk membeli keinginan saya. Kemudian saya langsung menyetujui keinginan ayah saya. 

        Walaupun diiringi rasa malas dalam mengerjakan Sholat tersebut, tetapi saya merasa memiliki kewajiban yang harus saya penuhi di dalam diri saya. Jadi, karena ayah selalu memberikan hadiah setelah saya berhasil melaksanakan sholat 5 waktu dalam 1 tahun , akhirnya saya bisa dengan mudah melaksanakan sholat sesuai dengan keinginan ayah saya. Selain itu saya seiring berjalannya waktu, saya merasa memiliki kewajiban dengan Allah serta kewajiban dengan ayah saya, jadi saya merasa harus memenuhi kewajiban tersebut sepanjang waktu.

         Hal ini terjadi sampai sekarang, jadi ketika saya hendak meminta uang ayah akan selalu bertanya "kayak mana sholatnya ki ? " kalau saya menjawab , kadang masik ada yang tinggal yah. Nah, kemudian ayah akan memberikan potongan dari uang yang saya minta dan sebaliknya.


Analisa Pengalaman Berdasarkan Teori Belajar Skinner

           Berdasarkan pengalaman saya tersebut, jika dikaitkan dengan teori belajar Skinner maka pengalaman saya merupakan penguatan positif dan shapping. Dimana, setiap perilaku yang diinginkan (sholat) oleh ayah saya, maka saya akan mendapatkan hadiah sesuai keinginan saya. Namun, jika saya tidak memenuhi keinginan ayah saya untuk Sholat, maka saya akan ditegur dan tidak diberi hadiah.

             Shapping merupakan penguatan yang diberikan untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan, dimana penguatan tersebut diberikan secara bertahap setelah perilaku yang diingkan muncul. Jadi, ayah akan memberikan hadiah setiap seminggu sekali ketika saya telah melaksanakan sholat 5 waktu berturut-turut dalam seminggu. Namun, jika saya meninggalkan salaah satu waktu sholat, maka ayah tidak akan memberikan apapun yang saya inginkan.

              Penguatan yang ayah saya berikan berhasil membuat perilaku saya untuk melaksanakan sholat 5 waktu secara penuh. Karena ayah selalu melakukan hal tersebut selama setahun, maka seiring berjalannya waktu saya merasa gampang dalam melaksanakan sholat tanpa harus diberi hadiah. Akhirnya perilaku tersebut dapat bertahan sampai sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar