Selasa, 27 Maret 2012

Aplikasi Paedagogi Praktis dikaitkan dengan Guru Abad ke-21




Pedagogi tidak sekadar harus dipahami, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Pemikiran inilah yang kemudian melahirkan apa yang disebut dengan pedagogi praktis. Meski demikian, praktik pedagogi yang baik harus didasari oleh teori pedagogi yang sudah teruji.

Pada saat ini, kualitas guru mulai menurun dibandingkan dengan kualitas guru yang dihasilkan pada jaman dulu. Menurut kami, ketika hal ini dikaitkan dengan ilmu seni mengajar, sebetulnya guru pada generasi ini tidak memenuhi persyaratan seorang guru yang sebenarnya. Dulu, tidaklah mudah mendapatkan posisi sebagai seorang guru. Tes dilakukan lumayan ketat, dilihat dari kemampuan akademik atau seberapa ilmu yang ia punya ataupun berdasarkan jenjang pendidikannya. Selain itu, guru pada saat itu, tidak hanya memberikan ilmu atau mengajarkan akademik ada siswanya, namun mendidik anak secara moral.

Pada saat ini posisi guru bisa saja tidak ditempati oleh seseorang yang berjiwa guru. Ada beberapa guru pada jaman sekarang yang tidak memenuhi standar ilmu (standar profesional) yang seharusnya dimiliki seorang guru. Selain itu, terkadang pendidikan moral diabaikan. Apalagi dengan adanya perkembangan teknologi dan kreatifitas yang sekarang berkembang, menuntut guru untuk menjadi kreatif dan harus menuntun siswanya agar lebih aktif dan mengikuti perkembangan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi yang berkembang di jaman ini. Sehingga terkadang, guru dituntut untuk menuntun siswanya agar tidak melenceng dari kurikulum yang telah dibuta, dan juga dapat mengendalikan aktivitas si anak. Hal ini dapat dilakukan dengan melalui ceramah formal yang mengusut tentang moral anak.

Bagi guru di jaman sekarang, kekuatan paedagogi ilmiah adalah membuat pembelajaran semakin praktis dengan dilihat dari konsep teoritis. Teori memang merupakan sesuatu yang paling praktis. Namun, yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana cara guru-guru menggunakan dan memanfaatkan teori tersebut sebagai paedagogi praktis.

Guru yang efektif, mampu menampilkan berbagai keterampilan dan kemampuan yang mengarah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, dan yakin bahwa proses pembelajaran tersebut dapat berhasil dengan baik dalam segala hal, seperti dalam hal akademis dan dalam hal pribadi.

Jadi, agar paedagogi praktis dapat berjalan efektif, maka seorang guru harus memiliki standar professional yang menjadi persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Jangan hanya memiliki gelar dan profesi sebagai guru, tetapi diharapkan kepada guru di jaman sekarang agar lebih bisa mengaplikasikan paedagogi praktis agar terciptanya proses belajar-mengajar yang lebih efektif.

Paedagogi Praktis Abad 21

Ternyata, paedagogi sudah berkembang sejak lama, yaitu sama tuanya dengan peradaban pendidikan dan pembelajaran. Ketika memasuki abad ke-21, banyak orang tertarik untuk mendiskusikan paedagogi, bahkan diberi nama Paedagogi Abad ke-21 yang dikenal juga sebagai paedagogi progresif. Kemajuan ilmu pengetahuan, seperti kemajuan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi telah melahirkan perubahan besar dalam pola pembelajaran.

Paedagogi tidak hanya berbicara mengenai seni dan ilmu mengajar, tetapi juga mendorong banyak orang untuk melakukan pengembangan dan pemahaman ulang tentang bagaimana untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan jaman.

Paedagogi tidak hanya harus dipahami, melainkan juga harus tahu bagaimana mengaplikasikannya. Pemikiran inilah yang disebut sebagai paedagogi praktis. Paedagogi termasuk dalam kategori "pengetahuan paedagogis formal" dan "pengetahuan paedagogis vernakular" (McNamara, 1991). Paedagogi formal bermakna paedagogi teoritis atau ilmiah, dan paedagogi vernakular bermakna paedagogis praktis.

Paedagogi formal merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori paedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrrak dan lebih umum dari paedagogi vernakular atau paedagogi praktis. Paedagogi formal atau teoritis berdasarkan pengalaman yang kuat, istimewa, dan dibangun berdasarkan fondasi kajian empirik selama proses mengajar dan belajar (Moore, 2000).

Adapun fungsi penelitian paedagogis Carpenter (2001), yaitu :
> menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran
> untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi.
Tujuan pertama, melahirkan paedagogi teoritis dan tujuan kedua melahirkan paedagogi praktis.

Keterhubungan antara ilmu atau teori dan seni atau paktik paedagogi juga dapat dibangun melalui kerangka kebijakan yang yang mengkodifikasi pengetahuan paedagogis gur. Standar profesional yang menjadi persyaratan yang harus dipenui oleh guru, termasuk paedagogi efektif, bagaimanapun telah mengintegral dengan persyaratan profesionalnya (Dalton, 1998), dan tentu saja standar kerangka kerja guru masih harus dibangun sesuai dengan kemajuan kontekstualnya.

Minggu, 25 Maret 2012

Paedagogi teoritis dan Prinsip-prinsip Paedagogis.

Apa itu pedagogi dan pedagogis?
Pedagogi (kata benda) juga bermakna ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran. Kata sifat untuk istilah pedagogi adalah pedagogis. Istilah pedagogis juga bermakna sebagai salah satu proses studi pedagogi. Pedagogis bermakna bersifat pedagogi atau bersifat mendidik. Makna lebih luas dari pedagogis adalah sadar terhadap arah tujuan dan ciri dasar dari proses pedagogi.

Danilov (1978) mendefinisikan istilah pedagogis sebagai proses interksi terus-menerus dan saling berasimilasi antara pengetahuan ilmiah dan pengembangan siswa. Asimilasi pengetahuan oleh siswa berkaitan dengan antusiasme mereka untuk mengetahui verifikasi dalam proses kerja yang intensif dan aktif. Selain itu, proses pedagogis juga didefinisikan sebagai proses pendidikan dan pengajaran secara keseluruhan dan bermuara pada pembentukan kepribadian siswa. Dalam hal ini, melahirkan hubungan timbal balik antara guru dengan siswa guna untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh komunitasnya.

Ana Maria Gonzales Soca mendefinisikan proses pedagogis sebagai sebuah proses pendidikan yang menyoroti hubungan antara pendidikan, pengajaran dan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian siswa agar mempersiapkan dirinya untuk menjalani kehidupan.

Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pedagogis?
Menurut Addine (2001), di antara prinsip-prinsip pedagogis itu adalah kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses pedagogis tersebut. Setiap proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan penemuan yang maju di bidang sains kontemporer dan dalam korespondensi total dengan ideologi kita. Dengan demikian, setiap konten yang pembelajar ambil disekolah harus berguna dalam kehidupan sehari-hari, kini dan kelak. Prinsip lain yang berorientasi proses ini adalah salah satu yang mengkombinasikan karakter kolektif dalam dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa. Hal ini berarti bahwa jika proses pedagogis ini terjadi dalam konteks sekelompok orang, yang dikumpulkan sesuai dengan kriteria yang berbeda dan mengadopsi karakteristik tertentu, setiap anggota memiliki kekhususan unik yang membedakan dirinya dengan yang lain, dan memiliki hak untuk diertimbangkan dan dihormati juga.

Prinsip berikutnya adalah merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan dan perkembangan proses, karena didasarkan pada kesatuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan pada umumnya. Pendidikan dan pengajaran tidak identik sebagai kesatuan dialektis, karena itu kedua istilah itu (pendidikan dan pengajaran) tidak dapat dipertukarkan, namun saling melengkapi.

Proses pedagogis juga menggamit prinsip bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering. Ini menyiratkan bahwa proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia : kemungkinan mengetahui dunia sekitarnya dan dunianya sendiri, serta pada saat yang sama perasaan dan tindakan kemungkinan menjadi terpengaruh oleh dunia itu.
 
Prinsip terakhir dari proses pedagogis adalah bahwa masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain. Misalnya, aspek kepribadian dibentuk dan dikembangkan atas aktivitas dan melalui proses komunikasi. Sepanjang seluruh hidupnya, siswa menjalankan sejumlah besar kegiatan dan berkomunikasi terus-menerus. Elemen-elemen ini pada dasarnya merupakan proses pendidikan kepribadian.
 
 
Daftar Pustaka : Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi., Bandung: Alfabeta.
 

Kuliah Paedagogi Online ? hemm asyiik nih . :)

Kelas paedagogi hari ini, senin 19 Maret 2012 ada yang sedikit berbeda. Mengapa ? Karena pagi ini, kuliah paedagogi dilaksanakan secara online. Nah, hayoo pasti yang lain bingung kan? Kuliah online? bagaimana caranya?

Oke..oke.. jadi begini , kami masing-masing individu sebelumnya harus absen terlebih dahulu dan kami juga harus bermodalkan laptop dan modem oh iya tidak lupa buku pegangan paedagogi . :) Kuliah online kali ini dilakukan melalui social media Facebook, lain halnya dengan kuliah online sebelumnya kami menggunakan media Gtalk. Seruu banget kuliah online pagi ini, dimana saya memiliki beberapa keuntungan sebelum kuliah dimulai, yaitu bisa melakukan aktivitas lain tanpa harus terburu-buru karena harus masuk pagi. oke..oke.. sudah mulai ngelantu nih . :D

Materi kuliah pagi ini yaitu paedagogi dan kaitannya dengan paradigma belajar. Dari materi yang diberikan itu, kami harus mengikuti setiap aturan yang diberikan bu Dina. Setiap orang wajib memposting wall tentang link yang diberikan oleh bu Dina, kemudian setiap orang juga harus mengomentari setiap testimoni yang diberikan oleh teman lainnya.

Seruu banget kan? tapi, tidak terasa waktu juga yang mengakhiri kuliah online pagi ini. Kuliah online pagi ini ditutup dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh ibu Dina. Sangaaaat efisien, saya suka kuliah online. Saya harap semua guru-guru atau para pengajar lainnya dapat menerapkan kuliah online ini kepada seluruh siswa-siswinya. :)

Minggu, 18 Maret 2012

Kaitan Paedagogi dan Paradigma Belajar

Nah, pada tulisan kali ini saya akan menjelaskan kaitan paedagogi dan paradigma belajar. Memang apa sih kaitannya? Nah, ayo kita bahas. :)

Paedagogi tidak hanya berkutat pada ilmu dan seni mengajar saja, tetapi juga ada hubungannya dengan pembentukan generasi baru, yaitu pengaruh pendidikan sebagai sistem yang bermuara pada pengembangan individu atau peserta didik. Sudah diketahui sebelumnya bahwa paedagogi adalah ilmu yang mempelajari tentang pendidikan anak.  Dalam menyampaikan informasi kepada anak, pasti berbeda ketika kita menyampaikan informasi kepada orang dewasa. Pengajar harus memahami semua proses tindakan yang terjadi dalam semua kerangka kegiatan mengajar. Jadi, dalam menyampaikan informasi kepada anak, maka pengajar harus memiliki keunggulan serta dapat berinteraksi dengan peserta didik, yang bertujuan untuk mengelaborasi bahan ajar sehingga bahan ajar tersebut dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik (anak).

Nah, apabila pengajar memiliki keunggulan, maka kegiatan mengajar pun juga akan unggul atau berbeda dari proses pembelajaran lainnya. Kegiatan mengajar yang unggul merupakan proses akademik, dimana siswa termotivasi belajar secara berkelanjutan, positif, terutama berkaitan dengan bagaimana mereka berpikir, bertindak, dan merasa. Keunggulan ini juga bermakna yaitu suatu proses yang mengangkat motivasi belajar siswa ke tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan mengajar pada umumnya. Seorang guru yang sangat baik merupakan seseorang yang bisa memberikan energi terhadap kontribusi positif terhadap terciptanya suasana belajar siswa, termasuk mengembangkan minat mereka.

Seorang guru akan menjadi lebih efektif ketika dia menyadari untuk memilih menggunakan strategi mengajar, memperluas perbendaharaan strategi, serta ahli dalam menggunakan strategi itu. Setiap strategi guru didasari pada paradigma yang berbeda mengenai cara belajar peserta didik. Hal yang penting untuk dipahami yaitu, bahwa strategi tumbuh dari paradigma yang berbeda. Asumsi yang mendasari yaitu pembelajaran akan lebih baik ketika guru mulai mendapatkan pemahaman tentang bagaimana suatu kegiatan belajar terjadi.
Adapun strategi belajar yang dimaksud yaitu :

Strategi I    : Pelatihan dan pelatihan lanjut, yaitu mengembangkan keterampilan dasar dan lanjutan dengan tujuan yang jelas, melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah tertentu, dan memperkuat setiap kemajuan.
Strategi II  : Ceramah dan menjelaskan, yaitu menyajikan informasi dengan cara yang dapat dipahami, mudah diproses, dan diingat.
Strategi III : Mencari dan menemukan, yaitu pembelajaran keterampilan berpikir, pemecahan masalah, dan kreativitas melalui penyelidikan dan penemuan.
Strategi IV : Kelompok dan tim, yaitu berbagi informasi, bekerja secara kooperatif pada pembelajaran proyek, serta mengeksplorasi sikap, pendapat dan keyakinan melalui proses kelompok.
Strategi V  : Pengalaman dan refleksi, yaitu mengaktifkan siswa untuk merefleksikan pembelajaran yang terjadi di lingkungan kerja, magang , studi wisata, atau kegiatan di luar ruangan.

Kelima strategi di atas menyediakan kerangka kerja konseptual yang berguna untuk mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Kelima strategi tersebut dapat digunakan dengan materi pelajaran dalam pengaturan apapun dandi setiap kelompok usia siswa, bahkan juga untuk siswa perguruan tinggi. Selain, itu seorang guru juga harus mengandalkan pelatihan, kesabaran dan kerja keras.



Daftar Pustaka : Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi., Bandung: Alfabeta.

Sabtu, 10 Maret 2012

Seni dan Ilmu Mengajar

Mengapa banyak orang mengatakan bahwa mengajar adalah seni ? Mengapa banyak juga orang-orang mengatakan bahwa mengajar adalah ilmu ?

Nah , pada pembahasan kali ini saya akan menjelaskan apa itu seni dan ilmu mengajar.

Banyak orang-orang mengatakan bahwa mengajar adalah ilmu. Bagi orang-orang tersebut, kegiatan mengajar harus berbasis ilmu dan menekankan aspek ilmiah dalam kegiatan pengajaran serta berfokus pada sistematisasi komunikasi antara guru dan siswa. Orang-orang ini percaya bahwa kegiatan belajar siswa dapat dilakukan dengan pendekatan aplikasi teknologi pengajaran. Salah satu pendukung utama pendekatan pembelajaran yang berbasis teknologi aalah B.F Skiner. Skiner berpendapat bahwa guru-guru dapat dilatih untuk menerapkan teknologi pendidikan atau menerapkan pendekatan teknologis dalam input-process-ouput atau stimulus-respon yang mekanistik.

Banyak juga yang menyebutkan bahwa mengajar adalah seni. Nah, orang-orang ini percaya bahwa mengajar sebenarnya melibatkan intuisi, improvisasi, dan ekspresi. Bagi orang-orang yang menganut "kegiatan mengajar sebagai seni", efektivitas mengajar tergantung pada kreativitas, penilaian yang baik, dan wawasan yang tinggi. Elliot Eisner, seorang profesor pendidikan di Stanford, telah menyamakan aspek artistik aktivitas pengajaran sebagai konduktor sebuah simfoni. Eisner berpendapat, bahwa dengan guru menampilkan diri sebagai seniman daripada sebagai ilmuwan. Aktivitas yang paling penting dari kegiatan mengajar adalah mengelola peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran. 

Kegiatan pembelajaran itu sendiri sebenarnya merupakan kombinasi abstrak antara ilmu dan seni.Mungkin lebih akurat bahwa mengajar melibatkan penilaian artistik yang bergantung pada ilmu pengetahuan. N.L Gage mengemukakan bahwa ada dasar ilmiah untuk "seni guru mengajar". Dasar-dasar ilmiah itu ditemukan dari hasil penelitia dalam lingkup-ligkup ilmu-ilmu sosial, psikologi, sosiologi, dan komunikasi. Dengan demikian, dasar-dasar pengetahuan mengajar itu benar-benar ada serta harus diketahui dan dipahami oleh guru. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran yang efektif, tentu saja guru harus mengetahui bagaimana siswa belajar.


Daftar Pustaka : Danim, Sudarwan & Khairil. 2010. Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta