Kelompok :
- Rizqi Chairiyah 10-007
- Fauziah Nami Nst 10-016
- Sri Rizki Amanda 10-017
Watson
mencatat, bahwa selama 50 tahun terakhir psikologi gagal menjadi ilmu pasti.
Fokus pada kesadaran dan proses mental menyebabkan psikologi menemui jalan
buntu. Behaviorisme menjadi aliran dominan dari 1920-an hingga 1950-an, namun
ia tidak sepenuhnya bebas dari penantang. Pendapat yang menentangnya, yakni
psikologi Gestalt, yang menekankan pada pentingnya persepsi pembelajar dalam
situasi pemecahan masalah dan karenanya ia membahas persoalan kognisi.
PENGKONDISIAN KLASIK DAN KONEKSIONISME
Dua
pendekatan awal untuk mempelajari perilaku adalah pengkondisian klasik dan
koneksionisme.
Argumen
Dasar Behaviorisme
John
Watson mendukung studi perilaku. Alasannya adalah semua organisme menyesuaikan
diri dengan lingkungan melalui respons, dan respons-respons tertentu biasanya
disebabkan oleh peristiwa (stimulus) tertentu. Dengan mempelajari perilaku,
psikolog akan mampu untuk memprediksi respons yang ditimbulkan lewat stimulus,
dan sebalikya.
Setelah
mendalami studi perilaku, Watson menemukan riset reflex motorik dari psikolog
rusia, V.M Bekheterev. Karya Bekheterev penting, karena ia berhasil
memanipulasi reaksi behavioral di dalam laboratorium.
Asumsi
Dasar
Behaviorisme
merujuk pada beberapa teori yang mengandung tiga asumsi dasar tentang belajar.
Asumsi itu adalah :
1.
Fokus
studi seharusnya addalah perilaku yang dapat diamati, bukan kejadian mental
internal atau rekonstruksi verbal atas kejadian.
2.
Perilaku
harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli spesifik dan
respon spesifik)
3.
Proses
belajar adalah perubahan behavioral.
Pavlov
dan Pengkondisian Klasik atau Refleks
Kisah
riset Pavlov memperlihatkan seorang ilmuwan yang secara tidak sengaja menemukan
cara untuk mengontrol perilaku sederhana saat meneliti reflex keluarnya air
liur anjing. Dia sendiri, menemukan bahwa reaksi tidak sengaja, keluarnya air
liur, dapat dilatih untuk merespons suara yang tidak berhubungan dengan
makanan.
Pavlov
dan Kaum Bolshevik
Masa-masa
revolusi Bolshevik (1917-1921) adalah masa-masa sulit bagi Pavlov, keluarganya,
dan laboratoriumnya. Rumah Pavlov beberapa kali dicari-cari, hendak dibakar,
dan keluarganya melarikan diri dari tempat di mana ia tinggal di sekitar
Institute of Experimental Medicine.
Pada
Juni 1920, saat berusia 70 tahun. Pavlov menulis surat kepada pemerintah untuk
minta izin beremigrasi. Kemudian ia menerima tunjangan hidup, jatah makan yang
dipilh sendiri, mendapatkan pekerjaan, dan dukungan laboratorium.
Riset
di Laboratorium Pavlov
Fokus
riset yang diawasi oleh Pavlov adalah reflex air liur anjing. Pada mulanya
Pavlov menyebut reaksi air liur ini sebagai reflex yang dikondisikan. Namun,
pada riset berikutnya, V.N Boldyrev menemukan bahwa reflex air liur ini bisa
dilatih untuk merespons (dikondisikan) objek-objek atau kejadian dari modalitas
indrawi, seperti : suara, penglihatan, atau sentuhan (Windholz, 1997).
Riset
di laboratorium Pavlov ini penting karena 2 sebab, yaitu :
a.
menunjukkan
bahwa reaksi keluarnya air liur adalah reflex
b.
mengubah
relasi alamiah antara stimulus dan reaksi diman dianggap sebagai penemuan
penting dalam studi perilaku.
Paradigma
Pengkondisian Klasik
Proses
dimana kejadian atau stimuli mampu memicu respon dikenal sebagai refleks atau pengkondisian
klasik.Proses pengkondisian klasik terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a.
pra
eksperimental
b.
memasang
stimulus asli dengan stimulus baru yang tidak berhubungan dengan reaksi
c.
stimulus
baru menimbulkan reaksi
Dalam relasi ilmiah, stimulus dan reaksi otomatisnya
disebut sebagai unconditioned stimulus (UCS),
dan unconditioned response (UCR) atau
respon yang tidak dikondisikan.CS adalah hasil dari training, dan CR adalah
reaksi yang terlatih merespon stimulus baru.
Konsep
Terkait
Pengkondisian klasik memunculkan sejumlah variabel
dan relasi yang dapat diriset dan diukur di dalam laboratorium. Termasuk
kekuatan respon (amplitudo), lamanya waktu antara stimulus dan respon
(latensi), dan tendensi stimuli yang sama untuk memunculkan reflex
(generalisasi stimulus). Selain itu juga mengukur resistensi terhadap
pelenyapan (extinction) dan hambatan (inhibition).
Efek dari pengkondisian Pavlovian adalah :
a.
munculnya
riset terhadap kelangsungan hidup hewan di lingkungan alam
b.
perkembangan
proses yang disebut kontra pengkondisian (counter-conditioning)
Pengkondisian
Klasik dan Reaksi Obat
Reaksi terhadap isyarat
sebelum datangnya makanan, juga menjelaskan relasi yang terjadi di dalam
laboratorium dan studi klinis terhadap kecanduan obat. Setelah beberapa kali
pemberian obat, petunjuk yang diasosiasikan dengan pemberian obat akan
menyebabkan respons yang disebut conditional-compensatory
(CCRs). CCRs penting, karena ia melemahkan efek dari obat tertentu yang
sedang diberikan. Periset telah mendokumentasikan CCRs pada beberapa obat,
termasuk obat yang kerap di salah gunakan, seperti opium, ethanol, dan kafein.
Dalam riset Pavlov, eaksi air liur yang keluar saat melihat orang member makan
adalah model untuk pengembangan toleransi obat adiktif.
Behaviorisme
John Watson
Watson
mengidentifikasi tiga reaksi emosional bayyi yang bersifat naluriah, yaitu
reaksi yang terjadi secara alami. Reaksi tersebut adalah cinta, marah dan takut
(Watson, 1928; Watson & Morgan, 1917). Misalnya, respons takur terjadi
dilingkungan alamiah setelah adanya suara keras atau kurangnya dukungan pada
bayi.
Watson sepakat dengan Sigmund Freud,
bahwa kehidupan emosi dewasa dimulai sejak masa bayi dan emosi itu dapat
ditransfer dari satu objek/kejadian ke objek/kejadian lainnya (Watson &
Morgan, 1917). Watson
menunjukkan teorinya dalam eksperimen dengan Albert, bayi berusia 11 bulan.
Reaksi takut Albert dikondisikan ke tikus putih dan reaksi ini ditransfer ke
kelinci putih.
Koneksionisme Edward
Thorndike
Thorndike memilih bereksperimen
dalam kondisi terkontrol untuk mengembangkan teorinya. Dalam eksperimennya,
hewan dikurung dengan makanan diletakkan di luar atau di kotak tertutup. Tugas
bagi hewan lapar itu adalah membuka makanan atau sangkar dan mendapatkan
makanan. Thorndike menyebut eksperimen ini sebagai pengkondisian instrumental
untuk merefleksikan perbedaannya dengan pengkondisian klasik. Teori ini dikenal
sebagai koneksionisme karena hewan membangun koneksi antara stimuli particular
dengan perilaku mandiri.
Dari hasil percobaan yang dilakukan
Thorndike pada beberapa hewan, Thorndike mengidentifikasi tiga hukum belajar. Pertama, hukum efek (laws of effects) menyatakan bahwa suatu
keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara stimulus
dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang menjengkelkan akan melemahkan koneksi
tersebut. Hukum efek penting karena dapat mengidentifikasi mekanisme baru dalam
proses belajar. Kedua, hukum latihan
(law of exercise) menyatakan bahwa
perulangan atau repetisi dari pengalaman akan meningkatkan peluang respons yang
benar. Ketiga, hukum kesiapan (law of readiness) mendeskripsikan
kondisi yang mengatru keadaan yang disebut sebagai “memuaskan” atau
“menjengkelkan”. Pelaksanaan tindakan dalam merespons impuls yang kuat adalah
memuaskan, sedangkan perintangan tindakan atau memaksakannya dalam kondisi lain
adalah menjengkelkan.
PSIKOLOG GESTALT
Fokus
awal riset Gestalt adalah pengalaman persepsi. Bersama dengan Kurt Koffka dan
Wolfgang Kohler, Wertheimer mengembangkan hukum persepsi dan mengaplikasikan
konsep ini ke belajar dan pemikiran. Riset yang dilakukan psikologi Gestalt
terhadap persepsi visual menunjukkan bahwa:
a. Ciri
global dideteksi sebagai keseluruhan, bukan sebagai elemen-elemen sederhana
b. Proses
ini konstruktif karena individual sering menstransformasikan input visual yang
tidak lengkap ke dalam citra perseptual yang lebih jelas
Asumsi Dasar
Empat
asumsi dasar perspektif Gestalt dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Asumsi
|
Contoh
|
1. Yang
mestinya dipelajari adalah prilaku molar, bukan prilaku molecular
|
Kinerja seorang mahasiswa di
kelas saat dosen memberi kuliah
|
2. Organisme
merespons “keseluruhan sensoris yang tersegregasi” atau gestalten ketimbang
pada stimuli spesifik atau kejadian-kejadian yang terpisah dan independen
|
Susunan geometris dari 11 titik
dilihat sebagai sebuah salib
º
º
º
º
º º º
º º º
º
º
º
|
3. Lingkungan
geografis, yang hadir sebagaimana adanya, berbeda dengan lingkungan
behavioral, yang merupakan cara sesuatu muncul. Lingkungan behavioral adalah
realitas subjektif
|
Koffka mendeskripsikan peristiwa
seorang pria mengendarai kuda melewati datran di tengah badai salju menuju
sebuah penginapan. Ketika ditanya dari mana ia berasal, lelaki itu menunjuk
arah seberang penginapan. Pemilik penginapan terkejut dan bertanya apakah
lelaki itu tahu dia sebenarnya berkuda di atas danau yang membeku. Ceritanya
lelaki itu jatuh dan mati karena terkejut ketika sadar dirinya sudah
menyeberangi danau berlapis es tipis bermil-mil
|
4. Organisasi
lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekuatan di dalam
struktur yang mempengaruhi persepsi individu.
|
Sebuah gambar (misal, kubus) yang
sama namun dipersepsi secara berbeda berdasar relasi dari garis-garisnya
|
Hukum
Organisasi Perseptual
Gestalt berpendapat bahwa tugas
utama psikologi adalah mengetahui bagaimana individu secara psikologis memahami
atau mempersepsi lingkungan geografis. Mereka mendefinisikan persepsi sebagai
proses pengorganisasian stimuli yang diamati di mana pengamat memberikan makna
kepada serangkaian stimuli. Hukum Gestakt dasar, yakni hukum Pragnanz, dan
hukum terkait primer yang mendeskripsikan semua pengaruh ini.
Hukum Pragnanz.
Istilah
Pragnanz berarti esensi, dan hukum ini menunjukkan pengorganisasian psikologis
terhadap sekelompok stimuli. Dalam setiap rangkaian stimulus, organisasinya
dipersepsikan oleh individu sebagai satu stimuli yang: (a) paling komprehensif;
(b) paling labil; (c) bebas dari sebab-akibat dan arbitrer.
Hukum terkait
Hukum pengorganisasian
perseptual mendeskripsikan empat karakteristik utama dari bidang visual yang
mempengaruhi persepsi. Karakteristik itu adalah kedekatan dari setiap elemen (proximity), ciri yang sama, seperti
warna (similarity), tendensi elemen
untuk melengkapi pola (open direction),
dan kontribusi elemen stimulus terhadap struktur sederhana keseluruhan (simplicity).
Riset Tentang Belajar
dan Pemecahan Masalah
Perkembangan utama
dalam belajar dan pemikiran adalah pengalaman wawasan, perbedaan antara belajar
arbitrer dan belajar bermakna, serta studi pemecahan masalah.
Psikologi Gestalt memberi kontribusi
beberapa konsep untuk memahami pemecahan masalah. Mungkin yang paling terkenal adalah konsep
pemahaman (wawasan), yang melibatkan reorganisasi persepsi seseorang untuk
“melihat” solusi. Analisis kontemporer mengindikasikan bahwa pemahaman kreatif
pada masalah baru memerlukan kerja keras dan riset, periode inkubasi, momen
wawasan, dan pengkajian lebih lanjut. Dalam kehidupan sehari-hari, wawasan
terhadap masalah mungkin diperoeh lewat pengaturan kembali beberapa aspek dari
persoalan, elaborasi, dan relaksasi pembatas.
Kontribusi lain dari psikologi Gestalt
adalah pembedaan oleh Wertheimer atas belajar arbitrer (tanpa makna) dan
belajar bermakna, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemecahan masalah.
Di dalamnya mencakup pengidentifikasian masalah untuk menyusun solusi yang
memiliki nilai fungsional, peran penemuan pemecahan masalah yang bermakna
dengan panduan, dan menghindari pembatasan pemecahan masalah. Hal-hal yang
membatasi itu antara lain adalah kekakuan fungsional, yakni ketidakmampuan
untuk melihat elemen-elemen dari masalah dengan cara baru, dan belenggu
masalah, yakni kekakuan dalam memecahkan masalah. Perkembangan lainnya adalah
aplikasi konsep Gestalt ke formasi kelompok sosial dan motivasi serta konsep
belajar laten.
PERBANDINGAN
ANTARA BEHAVIORISME DAN GESTALT
Kedua teori ini
mengilustrasikan perkembangan pengetahuan melalui pengukuran yang akurat dan
riset dalam kondisi yang terkontrol.
Aplikasi
ke Pendidikan
Psikologi Behaviorisme
dan Gestalt mendasarkan risetnya pada asumsi yang berbeda mengenai sifat dan
belajar serta fokus studinya. Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai
perubahan perilaku dan mengidentifikasi stimuli dan respons spesifik sebagai
focus riset, sedangkan psikologi Gestalt berpendapat bahwa seseorang merespons
stimuli yang terorganisasi dan persepsi perorangan adalah faktor penting untuk
memecahkan masalah.
Behaviorisme
Pengkondisian klasik juga membahas aspek-aspek dari
situasi sehari-hari, misalnya untuk hari pertama anak, di kelas taman
kanak-kanak dan sekolah dasar, aktivitas yang dilakukan haruslah kegiatan yang
dapat menghindari asosiasi kecemasan dan perasaan negative lainnya terhadap
latar sekolah.
Guthrie juga menyarankan guru untuk mengasosiasikan
stimuli dan respons secara tepat. Misalnya, guru harus memastikan bahwa
instruksi seperti mengantri makan siang tidak menimbulkan perilaku distruptif.
Masalahnya adalah bahwa sebuah perintah dapat menjadi petunjuk untuk munculnya
perilaku distruptif di masa depan.
Psikologi
Gestalt
Isu yang diangkat psikologi
Gestalt untuk masalah pendidikan adalah soal makna, pemahaman, dan wawasan yang
merupakan karakteristik manusia. Komputer, dapat menjadi pemecah masalah
manusia, setelah masalahnya dipahami.
Kesulitan dalam
mengaplikasikan perspektif Gestalt di kelas adalah kurangnya prinsip yang
terdefinisikan dengan jelas. Periset Gestalt mengemukakan beberapa saran untuk
pembelajaran memecahkan masalah, yaitu :
a.
membuat
tugas dalam belajar di dalam situasi yang konkrit dan akurat.
b.
asistensi
selama pemecahan masalah tidak boleh berupa prosedur pengulangan dan peniruan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar