1. Fungsi
Umum Teori Belajar
a.
Sebagai
kerangka riset
Contoh
: Penerapan teori operan conditioning
dalam memotivasi saya ketika belajar. Ketika saya mulai menerapkan teori operan
conditioning dalam kehidupan saya, terutama dalam belajar, saya merasa ada
peningkatan kinerja saya.
Ketika
saya selesai mengerjakan tugas saya, maka saya akan menghadiahi diri saya
dengan membelikan makanan kesukaan saya. Jadi, hal ini akan meningkatkan semangat
saya dalam mengerjakan tugas-tugas lainnya.
b.
Memberikan
kerangka organisasi untuk item-item organisasi
Contoh
:
Saya memiliki skema tentang sifat-sifat dari saudara-saudara sepupu saya. Jadi,
ketika saya menghadiri acara keluarga, maka saya akan bersikap sesuai dengan
skema yang saya miliki terhadap sepupu saya. Hal itu bertujuan agar saya tidak
salah bertingkah laku di hadapan mereka. Jadi, apabila ada sepupu saya yang
memiliki sifat cuek, maka saya akan bersikap ramah terhadapnya dan sebagainya.
c.
Mengidentifikasi
sifat dari peristiwa yang kompleks
Contoh
: Ketika
SMP, orang-orang disekitar saya sering sekali membicarakan tentang peristiwa ‘global
warming’. Awalnya saya tidak mengerti tentang fenomena ’global warming’tersebut
. Namun, dengan pencarian informasi dari berbagai smber, saya kemudian apa itu
fenomena ‘global warming’ dan mengapa bisa terjadi. Sehingga, suatu hari ketika
ada seseorang bertanya kepada saya apa itu global warming, saya dapat menjawab
pertanyaannya tersebut.
d.
Mereorganisasi
pengalaman sebelumnya
Contoh
: Ketika saya duduk di kelas 1 SMA, saya merupakan siswa yang kurang memberikan
atensi terhadap mata pelajaran matematika. Namun, ketika saya berhasil
mendapatkan nilai yang bagus ketika ulangan, saya langsung merasa semangat
dalam belajar matematika. Kedepannya, saya merasa positif dalam menerima setiap
pelajaran matematika yang diajarkan oleh
guru matematika di sekolah saya.
e.
Bertindak
sebagai penjelasan kerja dari peristiwa
Contoh
: Saya mencoba menerapkan teori pengkondisisan klasik , dimana subjek percobaan
saya adalah kelinci saya sendiri. Kelinci yang saya pelihara
(Piero), awalnya tidak
menuruti dan menjauhi saya ketika saya mendekatinya. Namun, suatu hari saya menerapkan pengkondisian klasik
untuk membuatnya datang mendekati saya. Jadi, pada minggu
pertama, saya menyediakan piring dan sendok beserta satu ikat kangkung.
Kemudian, piring dan sendok saya pukul-pukul sehingga menimbulkan suara.
Awalnya, kelinci saya tetap menjauhi saya karena ia merasa takut dengan
kehadiran saya. Selama seminggu saya
melakukan hal tersebut. Setelah dua minggu berlalu, ketika saya membawa
piring dan sendok beserta satu ikat kangkung mendekati kandang kelinci saya, tiba-tiba
kelinci saya datang mendekati saya dan
dia jadi terbiasa ketika saya datang mendekati kandangnya. Jadi, saya
berkesimpulan bahwa percobaan clasiccal conditioning saya berhasil terhadap
kelinci saya.
2. Perspektif Psikologis Tentang
Faktor-faktor Utama dalam Belajar
a.
Perspektif Behavioris
Perspektif behavioris
ini, membahas tentang hasil belajar, penguatan, reward, serta punishment
terhadap subjek penelitian. Perspektif ini meliputi pengkondisian klasik,
pengkondisian operan, serta koneksionisme.
Teori behavioris ini
terdapat dalam contoh pengalaman saya di atas, yaitu pengkondisian klasik pada
kelinci, dan pengkondisian operan pada diri saya sendiri. Hasil dari
pengkondisian klasik yaitu, kelinci saya menjadi dekat dengan saya, dan hasil
dari pengkondisian operan yaitu saya merasa semangat belajar karena saya merasa
mendapatkan reward ketika saya berhasil mngerjakan tugas-tugas saya. Selain itu
hal ini juga terdapat pada contoh pengalaman saya, ketika saya mendapatkan
penguatan positif, yaitu nilai bagus dalam mengerjakan soal matematika, maka ke
depannya saya memberikan atensi terhadap pelajaran matemattika. Hasilnya, saya
dapat memahami pelajaran matematika dengan baik.
b. Perspektif
Kognitif
Perspektif kognitif
membahas cara individu mengambil informasi dari lingkungan, kemudian
memprosesnya, menyimpan dan mengambil kembali informasi itu ketika dibutuhkan.
Selain itu, perspektif ini juga membahas tentang analisa ataupun pemecahan
masalah. Hal ini juga terdapat dalam conoh pengalaman saya yang tertera di atas
dalam fungsi mengidentifikasi
sifat dari peristiwa yang kompleks, yaitu saya berusaha
mencari informasi tentang fenomena ‘global warming’ kemudian saya menyimpan
informasi tersebut lalu me-recall kembali informasi yang saya dapatkan untuk
saya gunakan.
c. Perspektif
Interaksionis
Dalam perspektif
interaksionis, terdiri dari kondisi belajar Gagne dan teori kognitif sosial
bandura. Jadi, contoh pengalaman pada fungsi emberikan kerangka organisasi untuk item-item organisasi,
perilaku saya akan dipengaruhi oleh faktor internal , eksternal serta faktor
personal dalam menunjukkan perilaku saya. Hal ini agar tidak menimbulkan
kesalahan persepsi di antara sepupu-sepupu saya.
d. Teori
Perkembangan Interaksional
Tahap perkembangan saya ketika SMP,
itu belum cukup untuk banyak mengetahui tentang hal-hal yang yang ada disekitar
saya. Hal ini terjadi ketika saya mencari informasi tentang fenomena ‘global
warming’ , walaupun informasi yang saya sampaikan kepada orang lain tersebut
terdapat kesalahan, namun perkembangan kognitif saya telah mampu menampung
kapasitas tentang informasi baru yang saya terima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar